Dengan semakin buruknya polusi, pemerintah berinisiatif untuk menjadikan kendaraan listrik sebagai salah satu solusi. Bentuk komitmen pemerintah antara lain dengan memberikan subsidi pada produk kendaraan listrik yang Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)-nya lebih dari 40 persen.
Kendaraan listrik diharapkan bisa menurunkan emisi gas rumah kaca secara nasional dan menjadi bagian dari mitigasi iklim. Kendaraan listrik yang sedang dikembangkan sekarang di antaranya ada Gesits, Tesla, hingga Hyundai. Itu semua termasuk ke dalam kategori Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).
Namun, di sisi lain, kendaraan listrik ini mempunyai limbah baterai yang tak kalah berbahaya. Jadi, apakah kendaraan ini bisa disebut sebagai solusi atas buruknya polusi udara?
Buruknya Polusi Udara Saat Ini
Beberapa saat belakangan, polusi udara di Jakarta sempat menjadi topik pembicaraan yang cukup hangat. Saking buruknya kualitas udara ibu kota, Air Quality Index (AQI) menunjukkan angka 153 per Rabu (13/9/2023). Padahal, batasan AQI yang sehat berada di rentang 0 sampai 50 saja. Maka dari itu, tidak heran bila banyak warga DKI Jakarta yang mengalami batuk, pilek, dan gangguan pernapasan lainnya.
Baca Juga: Asuransi Mobil
Apakah Kendaraan Listrik Ini Akan Menjadi Solusi?
Selain mengatasi problem polusi udara di Jakarta, pemerintah juga sudah mulai menggaungkan penggunaan kendaraan listrik sebagai solusi untuk kerusakan lingkungan. Akan tetapi, hasil analisis dan studi dari lembaga kajian Finlandia, Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), menyatakan bahwa kendaraan listrik tetap menghasilkan polutan yang sama bahayanya dengan kendaraan berbahan bakar fosil. Pasalnya, kendaraan listrik tetap masih memerlukan batu bara saat melakukan pengisian daya.
Studi yang dilakukan oleh CREA pada 2019 di kawasan Jawa-Bali menyebutkan bahwa hanya produksi polutan CO2 yang sangat berbeda dari kedua jenis kendaraan tersebut. Sementara itu, ada polutan lain yang jumlahnya lebih banyak, misalnya kendaraan listrik menghasilkan 0,19 gram SO2 per kilometer, sedangkan kendaraan berbahan bakar bensin hanya 0,04 gram saja per kilometer nya. Belum lagi, jumlah partikulat halus dari kendaraan listrik yang jumlahnya juga lebih banyak dari kendaraan bensin.
Baca Juga: Asuransi Mobil TLO
Itulah mengapa kendaraan listrik masih belum bisa disebut sebagai solusi bagi buruknya polusi udara di bangsa Indonesia. Penyebabnya antara lain dari penggunaan batu bara sebagai pembangkit listrik utama di negara ini. Di sisi lain, pembuatan baterai kendaraan listrik juga masih memerlukan nikel, bauksit, dan mangan yang merupakan hasil galian bumi. Bahkan, pengolahan nikel menjadi baterai juga menggunakan energi batu bara. Ini tentu berbeda dengan Norwegia yang sebagian besar sumber energinya sudah berasal dari energi terbarukan, seperti matahari dan angin.
Limbah Kendaraan Listrik di Masa Depan
Tantangan berikutnya jika Indonesia ingin menerapkan kendaraan listrik sebagai solusi atas permasalahan lingkungan adalah limbah baterai yang akan menumpuk pada 10 sampai 12 tahun ke depan. Ya, masa pakai baterai kendaraan memang terbatas pada jangka waktu tersebut. Ditambah lagi, baterai lithium juga termasuk ke dalam limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Baca Juga: Mobil Overheat
Itu artinya, selain mendorong program penggunaan kendaraan listrik dengan cara memberikan subsidi pada produk-produk dengan TKDN di atas 40 persen, pemerintah juga perlu menyiapkan strategi pengolahan limbah B3. Dengan begitu, limbah baterai kendaraan yang berbahaya tidak semakin merusak lingkungan.
Dinilai Tidak Bisa Menjadi Solusi Kemacetan
Tantangan berikutnya yang muncul dari gerakan penggunaan kendaraan listrik adalah melonjaknya jumlah kendaraan pribadi sehingga menyebabkan kemacetan, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta. Saat kemacetan sudah semakin parah, pemerintah tentunya perlu melakukan pembangunan infrastruktur, misalnya pelebaran jalan yang nantinya juga membuat ruang hijau dan pemukiman semakin berkurang. Untuk itu, penggunaan kendaraan umum rendah emisi dinilai sebagai solusi yang lebih cocok atas beberapa permasalahan di Indonesia.
Nyatanya, kendaraan listrik yang sifatnya masih ditujukan untuk penggunaan pribadi masih belum bisa disebut sebagai solusi atas permasalahan lingkungan di Indonesia. Hal yang bisa kamu lakukan sekarang adalah memberi jaminan pada kendaraan maupun dirimu atas risiko kecelakaan yang mungkin terjadi di jalan, apapun kendaraan yang kamu pakai. Dalam hal ini, Tugu Insurance memiliki tiga jenis asuransi yang dapat kamu pilih sesuai kebutuhan. Cek selengkapnya dengan mengunjungi langsung website Tugu atau mengunjungi Instagram kami di @tuguinsurance!